Perkiraan Dampak Krisis Keuangan Erhadap Ekonomi, Khususnya Sektor Pertanian Dan Agribisnis Di Indonesia

ABSTRAK
Bermula dari krisis keuangan Baht–Thailand, kemudian secara perlahan merambat ke negara-negara Asia Tenggara dan akhirnya menjadi krisis keuangan Indonesia yang dimulai minggu ketiga bulan Juli 1997. Krisis keuangan yang dialami kali ini menandakan bahwa ekonomi indonesia semakin terbuka dan terintegrasi dengan ekonomi dunia. Sebenarnya Indonesia menghadapi tiga jenis krisis yakni: (1) krisis nilai tukar, yang ditandai oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, (2) krisis utang luar negeri yang besar
jumlahnya, yang dibuat oleh swasta dan pemerintah, dan (3) mungkin juga dihinggapi krisis menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap berbagai institusi ekonomi dan finansial. Untuk mengukur dampak krisis moneter terhadap ekonomi secara kuantitatif belum dapat dilakukan sekarang. Apa yang dapat dilakukan adalah memperkirakan dampaknya
terhadap ekonomi, khususnya terhadap sektor pertanian dan agribisnis. Untuk kebutuhan penelitian ini dikumpulkan data makro ekomoni masa lalu yang bersumber dari data sekender, diolah dan dianalisis. Karena penelitian ini secara khusus memperkirakan dampak krisis keuangan terhadap sektor pertanian, maka data di bidang pertanian dikumpulkan, diolah dan dianalisis lebih detil.
Hasil analisis menunjukkan bahwa krisis keuangan di Indonesia yang ditandai oleh melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS. berdampak terhadap sektor pertanian/agribisnis.
Namun intensitas dampaknya tergantung pada: (1) sumber perolehan bahan baku (dalam atau luar negeri), (2) struktur pemasaran output (dalam atau luar negeri), dan (3) struktur permodalan, equity dan portofolio usaha agribisnis tersebut. Ditinjau dari struktur pembiayaan dan penerimaan, maka porsi impor input dan ekspor output dalam sektor pertanian akan secara segnifikan berpengaruh terhadap kinerja sektor pertanian.
Bagi perusahaan pertanian dan agribusiness yang menggunakan bahan bakun dari dalam negeri, gejolak keuangan mungkin tidak berpengaruh demikian besar, dan apabila sebagian besar output diekspor, maka akan memiliki dampak positif. Namun apabila perusahaan agribisnis bersangkutan mengunakan baku dari luar negeri (kapas misalnya), maka implikasi gejolak keuangan akan berpengaruh terhadap struktur biaya (meningkatkan biaya
per unit input dan output) yang lebih besar. Apabila pasarnya dalam negeri, maka akan
semakin suram. Dalam kondisi ini, gejolak keuangan berpengaruh negatif terhadap kinerja
agribisnis bersangkutan.
Akibat krisis keuangan sekarang, sangat perlu diadakan suatu evaluasi kembali untuk menghitung rate of return investment (ROI) di sektor pertanian. Pada masa lalu ROI di sektor pertanian hanya berkisar 15 persen. Tidaklah mustahil kalau krisis ini membuat sektor pertanian rakyat semakin tidak menarik bagi investor.
Kata Kunci: Krisis Keuangan, Dampak Ekonomi, Sektor Pertanian dan Agribisnis.
+/- Download Here

tinyurl.com/ygdtxle